8 Kabupaten Terendam, 84.000 Jiwa Mengungsi

[Suara Pembaruan]PEKANBARU,- Hujan yang terus mengguyur Provinsi Riau hingga Selasa (25/3) pagi menyebabkan delapan dari 13 kabupaten dan kota terendam di antaranya yang paling terparah adalah Kabupaten Indragiri Hilir.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Riau, Surya Maulana, Selasa pagi mengatakan, banjir kini telah menggenangi 35 kecamatan, 131 desa, dan lebih dari 84.000 jiwa kehilangan tempat tinggal akibat rumahnya terendam banjir. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi, dan tempat-tempat yang disediakan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota setempat.

Diungkapkan, Badan Kesejahteraan Sosial (BKS) Provinsi Riau telah menyalurkan bantuan kepada warga yang terkena banjir berupa 40 ton beras, 40 kotak mi instan, 34,6 ton sardens, 1.600 potong kaos, dan 1.600 potong pakaian . Selain itu, didistribusikan pula 300 tikar, 150 tempat nasi, 150 panci, 150 teko, dan 500 sarung.

Gubernur Riau, HM Rusli Zainal meminta para bupati dan wali kota segera melakukan antisipasi dan penyelamatan terhadap warga yang terkena musibah banjir. Demikian pula distribusi bantuan bahan makanan, sandang, obat-obatan dan keperluan lain agar sampai ke masyarakat yang membutuhkan. “Aktifkan Posko Penanggulangan Banjir dan lakukan koordinasi dengan pihak terkait. Lakukan identifikasi dan monitoring tiap hari terhadap keberadaan korban banjir,” tandasnya.

Di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, air Sungai Siak semakin meluap hingga ketinggian 50 sentimeter (cm). Tercatat, 13 sekolah terpaksa diliburkan, dan masyarakat menggunakan sampan sebagai sarana transportasi karena luapan air Sungai Siak yang cukup tinggi.

Selasa pagi ini cuaca di Kota Pekanbaru mendung. Para korban mengharapkan bantuan segera disalurkan.

Terkepung

Sementara itu, sedikitnya 2.000 rumah warga Kota Jambi, Provinsi Jambi, yang berada di kawasan daerah aliran sungai terkepung banjir menyusul luapan Sungai Batanghari yang terus meningkat. Rumah warga Kota Jambi yang terkepung banjir tersebut tersebar di 20 kelurahan di wilayah lima kecamatan.

Kepungan banjir itu membuat pemukiman warga terisolir dan mulai mengalami kesulitan air bersih. Namun warga belum mengungsi hingga Selasa pagi, karena genangan banjir belum sampai menyentuh lantai rumah yang berbentuk panggung.

Syamsurizal (45), warga Kelurahan Pulau Pandan, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi kepada SP, Selasa pagi menjelaskan, dari sekitar 300 keluarga yang rumahnya terkepung banjir di kelurahan tersebut belum ada yang mengungsi. Untuk ke luar rumah, warga harus pakai sampan.

Kepala Posko Satuan Pelaksanaan Penanggulangan Banjir Kota Jambi, Joyo Prayitno kepada SP, Selasa pagi mengatakan, pihaknya akan mengungsikan warga yang terkepung banjir jika ketinggian luapan Sungai Batanghari di kota itu sudah mencapai 13,87 meter atau Siaga I. Bila banjir di Jambi sudah mencapai Siaga I, sekitar 4.000 keluarga warga kota itu harus diungsikan.

Pantauan SP pada alat pengukuran debit atau ketinggian Sungai Batanghari di Taman Tanggo Rajo Kota Jambi, Selasapagi pukul 08.00 WIB, ketinggian luapan sungai tersebut mencapai 13,70 meter atau terpaut hanya sekitar 17 cm dari batas Siaga I.

Menurut Joyo, guna mengantisipasi pengungsian warga akibat terus meluapnya Sungai Batanghari, pihaknya menyiapkan perlengkapan evakuasi antara lain 917 pelampung, tenda pengungsi enam unit, tenda peleton 14 unit, tenda kesehatan tiga unit, pelbet 40 buah, mobil evakuasi tiga unit dan perahu karet lima unit.

Selain itu, penyakit diare dan gatal-gatal mulai mengancam masyarakat korban banjir dan tanah longsor di Desa Tanjung Sialang, Desa Hutagodang Muda, Desa Muara Batang Angkola, Desa Muarasoma dan Ampung Sialang, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Banjir yang terjadi baru-baru ini, akibat dari meluapnya Sungai Batang Gadis dan Batang Angkola.

“Korban akibat terserang penyakit itu setelah rendaman air menurun. Namun jumlah korban penderita penyakit tersebut belum dapat dirinci,” ujar Camat Batang Natal Samsir Nasution, saat dihubungi, Selasa pagi melalui telpon seluler dari Medan.

Menurutnya, untuk mengantisi- pasi merebaknya penyakit tersebut, pemerintah sebaiknya menurunkan petugas kesehatan sembari menyalurkan bantuan obat – obatan ke masyarakat. [MUL/141/AHS/W-8]

Tinggalkan komentar